Sebungkus Rokok Kelompok Anak Punk

punker
Punker Luar Negeri



Gini kawan, gue punya pertanyaan nih. Pendapat kalian tentang anak punk tuh gimana sih? Ngeri? Serem? Apa ngegemesin? Yah kebanyakan pendapat orang sama anak punk tuh buruk. Suer pas itu gue pernah ngeliat dengan mata kepala gue sendiri ada ibu-ibu yang teriak kegirangan histeris pas ngeliat anak punk numpang lewat depan si ibu. Padahal anak punk itu diem aja. Ga ngapa-ngapain si ibu. Kenapa yah bisa gitu? Sebegitu buruk kah perilaku anak punk? Mengapa anak punk punya cap buruk di masyarakat? Apa salah mereka?

Pertanyaan itu gue lontarkan ke temen-temen gue. Ada yang beranggapan anak punk itu identik dengan tukang rampok, copet, orang jahat, pemabuk, dan yang lainnya pokoknya buruk deh. Dan hampir semua nya merasa takut sama anak punk. Gokil.

Dari situ gue punya inisiatif buat ngobrol bareng sama anak punk. Kebetulan deket rumah gue suka ngumpul-ngumpul tuh anak punk yang katanya meresahkan masyarakat. Yah dengan hati yang berdebar-debar, jantung yang berdegup kencang, dan keringat yang bercucuran membasahi lapisan terluar kulit gue, gue beranikan diri buat ngobrol ama anak punk (tentu saja gue bawa sebungkus rokok biar damai).

Datanglah gue ke pangkalan mereka. Ya dengan sok akrab gue duduk disebelah mereka. Tangan gue sempet bergetar. Tapi semua itu hilang pada saat sapaan hangat dari mereka untuk gue. “Misi A, tumben mau duduk bareng kite-kite. Ada apa nih ye?” kata salah satu anak punk yang duduk percis disebelah gue. Ucapan itu dilayangkan dengan nada yang menyambut dan hangat. Dari situlah gue mulai merasa tidak canggung lagi bersama mereka.

Ya gue jawab aja kalo gue mau sedikit bertanya-tanya ama mereka. Pas itu gue tanya sama mereka kenapa sih mereka pada jadi anak punk? Yah dengan santainya salah satu dari mereka mengeluarkan suaranya. “Ya ini gaya hidup kami, A. Kita ini sama aja kaya kiai yang selalu pake baju muslim kemana-mana. Bedanya kami beda gaya. Ini loh gaya kami. Yah emang kata orang sih ngeri kek gini. Hehe.” Ujarnya. Yah intinya mereka beranggapan kalau menjadi anak punk itu suatu gaya hidup yang unik bagi mereka.

Pertanyaan lain yang gue tanyain itu kenapa sih mereka selalu dinilai buruk ama masyarakat? Pertanyaan itu membuat perhatian semua anggota anak punk tertuju ke gue semua. Salah satu anggota cewe menjawab pertanyaan gue. “Kita ini sering disamakan dengan preman, A. Yah cuman karena dandanan kami yang mirip ama preman. Bisa dibilang sama-sama ngeri. Padahal kite-kite gak ada maksud jahat sama sekali. Kadang kite-kite mau bantu orang yang lagi susah. Tapi mau gimana lagi? Kita samperin aja mereka udah pada cabut. Malah ngusir.” Katanya. Pertanyaan itu membuat mereka cerita panjang lebar tentang punkisme (ngawur). Dari situ gue mulai respect sama mereka.

Sambil mereka cerita, gue mikir. Sebenernya mereka ini ga seburuk seperti yang orang kira. Bisa dibilang anak punk ini lebih tinggi derajatnya daripada pengemis yang hanya bisa luntang-lantung gak jelas ditengah jalan sambil meminta-minta. Perlu diketahui bahwa anak punk bisa memiliki pekerjaan. Anggota anak punk yang sering mangkal didepan rumah gue ada yang kerjaannya jadi pembuat roti, tukang cukur, dan tukang jaga warung. Yah walaupun kita sering melihat mereka mengamen untuk mencari uang, setidaknya mereka tidak meminta-minta. Gue berpikiran kalo mereka ini hanya anak-anak muda yang ingin diperhatikan, ingin diakui, dan mendapatkan tempat dihati masyarakat. Tetapi mengapa kita yang katanya menjunjung tinggi nilai toleransi masih mencap buruk mereka? Mungkin kawan-kawan sering melihat mereka tidur di trotoar jalan. Mereka tidak punya tempat untuk berteduh dari sinar matahari dan derasnya air hujan. Bahkan banyak dari mereka yang tidak diterima di masyarakat. Miris.

Kita pasti tidak dapat menghilangkan ingatan buruk kita tentang gambaran anak punk yang selama ini dianggap sebagai berandal, beringas, penjahat jalanan, dan bisa dibilang anak buangan. Ya, hal itu sulit untuk terkikis dari ingatan kita. Walaupun sering terdengar berita buruk tentang mereka, sebenarnya apa yang mereka lakukan sangat kecil persentasinya dari pada kejahatan yang dilakukan oleh masyarakat umum. Mau bukti? Coba kawan-kawan buka website berita apa saja dan lihat berita tentang kriminal. Siapakah pelaku kriminal terbanyak? Ingat, koruptor itu bukan anak punk yah.

Punk bukan kriminal
Punk Bukan Kriminal


Perlu diingat negara kita menganut pandangan Bhineka Tunggal Ika. Pasti kawan-kawan tau artinya kan? Negara kita ini memiliki keragaman budaya. Anak punk adalah bagian dari keragaman ini. Lalu mengapa kita membedakan anak punk? Toh mereka sama-sama penduduk Indonesia kan. 

Don’t judge a book by its cover. Mungkin kawan-kawan sekalian paham dan mengerti arti dari kiasan lama ini. Jadi gue sih berharap setelah kawan-kawan membaca postingan ini, kawan-kawan bisa lebih menerima kehadiran anak punk. Selama mereka tidak mengganggu kita, kenapa kita harus mengganggu mereka? Toh kadang mereka mau membantu kita kok. Kitanya saja yang selalu beranggapan kalau kehadiran mereka selalu membawa petaka. 

Dan abis mereka menceritakan semua unek-unek mereka, gue akhirnya berniat untuk pulang. Pulang dengan membawa respect yang besar terhadap anak punk. Tentu saja gue juga meninggalkan sesuatu disana. Sesuatu yang membuat hubungan gue sama anak punk makin akrab. Walau nilainya tak seberapa, itu cukup kok membuat mereka sedikit terhibur. Benar, gue meninggalkan sebungkus rokok yang gue bawa tadi.


celotehrama.com




You may also like

Tidak ada komentar: